BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada pasar ini
kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran dapat bergerak secara leluasa.
Adapun harga yang terbentuk benar-benar mencerminkan keinginan produsen dan
konsumen. Permintaan mencerminkan keinginan konsumen, sementara penawaran
mencerminkan keinginan produsen atau penjual. Bentuk pasar persaingan murni
terdapat terutama dalam bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil pertanian
seperti beras, terigu, kopra, dan minyak kelapa. Bentuk pasar ini terdapat pula
perdagangan kecil dan penyelenggaraan jasa-jasa yang tidak memerlukan keahlian
istimewa (pertukangan, kerajinan).
Dalam
persaingan sempurna ini pembeli dan penjual berjumlah banyak. Artinya, jumlah
pembeli dan jumlah penjual sedemikian besarnya, sehingga masing-masing pembeli
dan penjual tidak mampu mempengaruhi harga pasar. Dengan demikian masing-masing
pembeli dan penjual telah menerima tingkat harga yang terbentuk di pasar
sebagai suatu datum atau fakta yang tidak dapat diubah. Bagi pembeli, barang
atau jasa yang ia beli merupakan bagian kecil dari keseluruhan jumlah pembelian
masyarakat. Bagi penjual pun berlaku hal yang sama sehingga bila penjual
menurunkan harga, ia akan rugi sendiri, sedangkan bila menaikan harga maka
pembeli akan lari penjual lainnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Pengertian pasar persaingan sempurna.
2.
Ciri-ciri pasar persaingan sempurna.
3.
Permintaan dan hasil penjualan.
4.
Pemaksimuman keuntungan jangka pendek.
5.
Grafik pemaksimuman keuntungan jangka pendek.
6.
Biaya marjinal dan kurva penawaran.
7.
Operasi perusahaan dan industry dalam jangka
panjang.
8.
Kurva penawaran
industry dalam jangka panjang.
9.
Kebaikan dan keburukan pasar persaingan
sempurna.
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui pengertian pasar persaingan sempurna
2.
Mengetahui ciri-ciri pasar persaingan sempurna.
3.
Mengetahui permintaan dan hasil penjualan dalam
pasar persaingan sempurna.
4.
Mengetahui pemaksimuman keuntungan jangka pendek.
5.
Mengetahui grafik pemaksimuman keuntungan
jangka pendek.
6.
Mengetahui biaya marjinal dan kurva penawaran.
7.
Mengetahui operasi perusahaan dan industry
dalam jangka panjang.
8.
Mengetahui kurva penawaran industry dalam
jangka panjang.
9.
Mengetahui kebaikan & keburukan pasar
persaingan sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Persaingan
sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap sistem
pasar ini adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan
memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya.
Dalam pasar
persaingan sempurna jumlah perusahaan sangat banyak dan kemampuan setiap
perusahaan dianggap sedemikian kecilnya, sehinga tidak mampu mempengaruhi
pasar. Beberapa karakteristik
agar sebuah pasar dapat dikatakan pasar persaingan sempurna yaitu :
1. Semua perusahaan memproduksi barang/produk yang
homogenitas. Produk yang homogen adalah produk yang mampu memberikan kepuasan
(utilitas) kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya.
2. Produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau
informasi yang sempurna. Para pelaku ekonomi (konsumen dan produsen) memiliki
pengetahuan sempurna tentang harga produk dan input yang dijual sehingga
konsumen tidak akan mengelami perlakuan harga jual yang berbeda dari suatu
perusahaan dengan perusahaan lainnya.
3. Output sebuah perusahaan relatif kecil
dibandingkan dengan output pasar. Jumlah output setiap perusahaan secara
inividu dianggap relative kecil dibandingkan dengan jumlah output seluruh
perusahaan dalam industri.
4. Perusahaan menerima harga yang ditentukan pasar
dengan menjual produknya dengan berpatokan pada harga yang ditetapkan pasar
karena perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
Maka, dapat
didefinisikan bahwa Pasar Persaingan Sempurna adalah struktur pasar atau
industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual ataupun
pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Model pasar
persaingan sempurna didasarkan pada asumsi atau prakondisi berikut:
1. Semua pengusaha
adalah pengusaha lemah, yang sama kuatnya dengan pengusaha yang lain. Dengan
demikian tidak ada yang menguasai modal, yang menguasai pasar, karena semuanya
sama.
2. Para pengusaha
bersaing hanya dengan kelihaian berusaha dan berprestasi lebih baik dari orang
lain. Demikianlah mereka berlomba menarik konsumen, konsumen sebagai raja,
dengan jalan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
3. Tidak ada yang
menghalangi persaingan. Perusahaan lemah dibiarkan bangkrut, karena itu
merupakan bukti ketidakbisaannya, sehingga tidak perlu dibantu.
4. Karena pengusaha yang
tidak efesien akan mati dengan sendirinya, maka hanya pengusaha yang kreatif,
yang efesien itulah yang terus hidup, sehingga kehidupan seluruh masyarakat
menjadi efesien dan memiliki maslahat bagi semuanya.
5. Orang yang terselisih
pada waktunya akan bangkit kembali, belajar dari kesalahan mereka dan belajar
dari keberhasilan orang lain. Atau mencoba mencari kegiatan yang lebih sesuai
dengan kemampuan dirinya. Dengan demikian orang-orang yang bangkrut cenderung
sembuh kembali menjadi orang-orang yang kreatif, mungkin dibidang yang baru.
2.2. CIRI-CIRI
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Pasar
persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau
industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau
pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.
Ciri-ciri
selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan
dibawah ini :
1.
Perusahaan adalah pengambil harga
Pengambil harga
atau price taker berarti suatu perusahan yang ada di dalam pasar tidak dapat
menentukan atau mengubah harga pasar. Apa pun tindakan perusahaan dalam pasar,
ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga
barang di pasar ditentukan oleh interaksi diantara keseluruhan produsen dan
keseluruhan pembeli. Seorang produsen terlalu kecil peranannya didalam pasar
sehingga tidak dapat mempengaruhi penentuan harga atau tingkat produksi
dipasar. Peranannya sangat kecil tersebut disebabkan karena jumlah produksi
yang diciptakan produsen merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan jumlah
barang yang dihasilkan dan diperjual-belikan.
2.
Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk
Sekiranya
perusahaan mengalami kerugian, dan ingin meninggalkan industri tersebut,
langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya apabila ada produsen yang
ingin melakukan kegiatan di industri tersebut, produsen tersebut dapat dengan
mudah melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut. Sama sekali tidak
terdapat hambatan-hambatan, baik secara legal maupun dalam bentuk lain secara
keuangan atau secara kemampuan teknologi, misalnya kepada perusahaan-perusahaan
untuk memasuki atau meninggalkan bidang usaha tersebut.
3.
Menghasilkan barang serupa
Barang yang
dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan. Barang yang
dihasilkan sangat sama atau serupa. Tidak terdapat perbedaan yang nyata
diantara barang yang dihasilkan suatu perusahaan lainnya. Barang seperti itu
dinamakan dengan istilah barang identical atau homogenous. Karena barang-barang
tersebut adalah sangat serupa para pembeli tidak dapat membedakan yang mana
dihasilkan produsen A atau B atau produsen yang lainnya. Barang yang dihasilkan
seorang produsen merupakan pengganti sempurna kepda barang yang dihasilkan oleh
produsen-produsen lain. Sebagai akibat dari efek ini, tidak ada gunanya kepada
perusahaan-perusahaan untuk melakukan persaingan yang berbentuk persaingan
bukan harga atau nonprice competition atau persaingan dengan misalnya melakukan
iklan dan promosi penjualan. Cara ini tidak efektif untuk menaikkan penjualan
karena pembeli mengetahui bahwa barang-barang yang dihasilkan berbagai produsen
dalam industri tersebut tidak ada bedanya sama sekali.
4.
Terdapat banyak perusahaan di pasar
Sifat inilah
yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga.
Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan
masing-masing perusahaan adalah relative kecil kalau dibandingkan dengan
keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Sebagai akibatnya produksi setiap
perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah produksi
dalam industri tersebut,. Sifat ini menyebabkan apa pun yang dilakukan
perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau
menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam
pasar/industri tersebut.
5.
Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna
mengenai pasar
Dalam pasar
persaingan sempurna juga dimisalkan bahwa jumlah pembeli adalah sangat banyak.
Namun demikian dimisalkan pula bahwa masing-masing pembeli tersebut mempunyai
pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan dipasar, yaitu mereka mengetahui
tingkat harga yang berlaku dan perubahan-perubahan ke atas harga tersebut.
Akibatnya para produsen tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih
tinggi dari yang berlaku di pasar.
2.4.
PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN JANGKA PENDEK
Dalam bagian ini secara serentak
akan ditunjukan contoh angka tentang biaya produksi, hasil penjualan dan
penentuan keuntungan. Dalam contoh ini akan ditunjukan (i) cara menghitung
biaya total, biaya rat-rat dan biaya marjinal, (ii) cara menghitung hasil
penjualan total, penjualan rata-rata dan penjualan marjinal, dan (iii)
menunjukan caranya sesuatu perusahaan menentukan tingkat produksi yang akan
memaksimumkan keuntungannya.
Sebelum hal-hal yang dinyatakan diatas
ditunjukan dan diterangkan, akan dirumuskan dengan cara untuk menentukan pemaksimuman
keuntungan oleh suatu perusahaan.
v SYARAT
PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN
Didalam jangka pendek, pemaksimuman untung
oleh suatu perusahaan dapat diterangkan dengan dua cara berikut :
·
Membandingkan
hasil penjualan total dengan biaya total.
·
Menunjukan
keadaan dimana hasil penjualan marjinal sama dengan biaya marjinal.
Dalam cara pertama keuntungan ditentukan
dengan menghitung dan membandingkan hasil penjalan total dengan biaya total.
Keuntungan adalah perbedaan antara hasil penjualan total yang diperoleh dengan
biaya total yang dikeluarkan. Keuntungan akan mencapai maksimum apabiala
perbedaan antara keduanya adalah maksimum. Maka dengan cara yang pertama
keuntungan yang makimum akan dicapai apabila perbedaan nilai antara hasil
penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan
bantuan kurva atau data biaya rata-rata dan biaya marjinal. Pemaksimuman
keuntungan dicapai pada tingkat produksi dimana hasil penjualan marjinal (MR)
sama dengan biaya marjinal (MC) atau MR = MC. Suatu perusahaan akan menanbah
keuntungannya apabila menambah produksinya pada ketika MR > MC yaitu hasil
penjualan marjinal (MR) melebihi biaya marjinal (MC). Dalam keadaan ini
pertambahan produksi dan penjualan akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan
sebaliknya, yaitu apabila MR < MC, mengurangi produksi dan penjualan akan
menambah untung. Maka keuntungan maksimum dicapai dalam keadaan dimana MR = MC
berlaku.
Sebelum hal-hal yang dinyatakan diatas
situnjukan dan diterangkan, akan dibuat contoh angka untuk menunjukan kedua
cara untuk menentukan pemaksimuman keuntungan oleh suatu perusahaan.
v JUMLAH PRODUKSI
DAN BIAYA PRODUKSI
Tabel 11.1
Jumlah Produksi
dan Biaya Produksi (ribu rupiah)

Perhatikan
Tabel 11.1 angka-angka dalam tabel ini adalah agak berbeda dengan dalam Tabel
10.1 yang juga menerangkan tentang biaya produksi. Walau bagaimanapun
analisisnya sama. Oleh sebab itu analisis dalam bagian ini bersifat
mengingatkan kembali dan melengkpi hal-hal yang telah diterangkan dalam Bab
Sepuluh yang lalu. Seperti yang telah ditunjuka sebelum ini, data dalam Tabel
10.1 dan 11.1 bertujuan untuk memberikan gambaran hipotesis mengenai sifat
hubungan diantara tingkat produksi dengan berbagai konsep biaya produksi –
biaya total, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Pada dasarnya biaya tersebut
menerangkan hal-hal berikut :
·
Dalam
kolom (1) ditujukan berbagai jumah produksi yang dapat dicapai.
·
Kolom
(2) menggambarkan biaya tetap total –yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
membeli input tetap yang digunakan dalam proes produksi.
·
Kolom
(3) menunjukan biaya berubah total –yaitu semua biaya yang dibelanjakan
untuk membeli input berubah (tenaga kerja).
·
Dengan
menjumlahkan biaya tetap total (dalam kolom 2) degan biaya berubah total (dalam
kolom 3) diperoleh biaya total, yaitu seperti ditunjukan dalam kolom (4).
·
Biaya
marjinal, yaitu tambahan biaya yang perlu dikeluarkan untuk menambah satu unit
produksi, ditunjukan dalam kolom (5).
·
Kolom
(6) menunjukan biaya tetap rata-rata, yaitu biaya tetap dibagi dengan jummlah
produksi.
·
Kolom
(7) menunjukan biaya berubah rata-rata, yaitu biaya berubah total dibagi dengan
jumlah produksi.
·
Biaya
total rata-rata ditunjukan dalam kolom (8). Biaya ini menggambarkan biaya
perunit untuk menghasilkan suatu barang.
Seperti
telah diterangkan dalam Bab Sepuluh, ciri-ciri dari data dan kurva berbagai
jenis barang adalah :
·
Biaya
berubah total mula-mula mengalami kenaikan yang lambat, akan tetapi setelah
satu tingkat produksi tertentu kenaikannya makin lama makin cepat.
·
Biaya
total mempunyai sifat yang sama dengan biaya berubah total.
·
Biaya
tetap rata-rata semakin lama semakin kecil. Oleh sebab itu kurva biaya tetap
rata-rata menurun dari kiri atas kekanan bawah.
·
Biaya
berubah rata-rata dan biaya marjinal, mempunyai sifat yang sama : pada tingkat
produksi yang rendah ketiga jenis biaya tersebut semakin menurun apabila
produksi meningkat, tetapi pada produksi yang lebih tinggi biaya-biaya tersebut
semakin tinggi apabila produksi ditambah. Berdasarkan sifat ini kurva untuk tiga
jenis biaya berbentuk huruf “U”.
Sifat-sifat
berbagai jenis biaya seperti yang baru dinyatakan diatas berulah benar-benar
diingat dan dipahami. Analisis penentuan produksi yang akan dibuat dalam bab
ini dan beberapa bab kemudian akan menggambarkan kurva berbagai jenis biaya
berdasarkan sifat-sifat yang dinyatakan diatas.
v
JUMLAH PRODUKSI DAN HASIL PENJUALAN
Tabel 11.2
Produksi dan
Penjualan (ribu rupiah)

v
MENENTUKAN KEUNTUNGAN MAKSIMUM
1. Hasil Penjualan Total, Biaya Total, dan
Keuntungan
2.
Hasil Penjualan Marjinal, Biaya Marjinal, dan Keuntungan
TABEL 11.4
Tambahan dan Jumlah Untung (ribu rupiah)
Jumlah Produksi
(1)
|
Tambahan hasil penjualan
(MR) (2)
|
Tambahan biaya (MC)
(3)
|
Tambahan keuntungan
(4)
|
Jumlah keuntungan (5)
|
0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
150
|
100
|
50
|
50
|
2
|
150
|
80
|
70
|
120
|
3
|
150
|
60
|
90
|
210
|
4
|
150
|
40
|
110
|
320
|
5
|
150
|
20
|
130
|
450
|
6
|
150
|
80
|
70
|
520
|
7
|
150
|
150
|
0
|
520
|
8
|
150
|
250
|
-100
|
420
|
9
|
150
|
380
|
-230
|
190
|
10
|
150
|
540
|
-390
|
-200
|
Catatan:
Dalam nilai ini masih termasuk biaya tetap sebanyak Rp 100 ribu.
Untuk memahami pendekatan hasil
penjualan marjinal-biaya marjinal (MC = MR) dengan lebih baik, satu contoh
angka akan diterangkan. Perhatikan Tabel 11.4 yang membandingkan hasil
penjualan marjinal dengan biaya marjinal. Data dalam tabel tersebut diambil
dari Tabel 11.1 (untuk data biaya marjinal) dan Tabel 11.2 (untuk data hasil
penjualan marjinal). Data dalam kolom (4), yang menggambarkan tambahan (atau
pengurangan) untung apabila produksi ditambah satu unit, dihitung berdasarkan
formula berikut:
Tambahan untung = Tambahan
penjualan total – Tambahan biaya
Berdasarkan kepada data dalam kolom
(4), dalam kolom (5) ditunjukan jumlah untung yang diperoleh pada berbagai
tingkat produksi.
Jumlah untung dalam kolom (5) itu
merupakan keuntungan “bruto”, yaitu sebelum
dikurangi dengan biaya tetap. Sebagai contoh, keuntungan yang diperoleh
apabila produksi adalah 4 unit adalah: Rp 320 ribu (lihat Tabel 11.4) – Rp 100
ribu = Rp 229 ribu. Seperti dengan dalam pendekatan penentuan keuntungan yang
pertama, dalam pendekatan kedua ini juga dapat dilihat bahwa keuntungan
maksimum dicapai pada tingkat produksi sebanyak 6 atau 7 unit. Jumlah
keuntungan maksimum tersebut adalah: Rp 520 ribu (lihat Tabel 11.4) – Rp 100
ribu (biaya tetap) = Rp 420 ribu. Nilai keuntungan maksimum ini adalah sama
dengan yang dihitung dalam pendekatan pertama. Analisis yang kedua ini jelas
menunjukan bahwa pada produki sebanyak 7 unit berlaku keadaan berikut: MC = MR. Maka dalam analisis akan
selalu dinyatakan hal yang berikut: perusahaan
akan memproduksi 7 unit, yaitu pada tingkat produksi dimana MC = MR.
GAMBAR 11.3
Menentukan Tingkat Produksi yang Memaksimalkan
Keuntungan

Dalam analisis secara grafik
penentuan produksi (dan harga) yang memaksimumkan keuntungan selalu akan
menggunakan persamaan MC = MR. Oleh sebab kesamaan MC = MR adalah penting dalam
penentuan “keseimbangan perusahaan’
yaitu keadaan yang memaksimumkan keuntungan, dalam Gambar 11.3 ditunjukan kurva
MC dan MR dan penentuan Tingkat produksi yang memaksimumkan keuntungan. Grafik
tersebut dibuat berdasarkan data dalam Tabel 11.4. Sesuai dengan data pada
Tabel 11.4, kurva MC dan kurva MR akan berpotongan pada tingkat produksi
sebanyak 7 unit.
2.5. GRAFIK PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN
JANGKA PENDEK
Seperti juga halnya penggambaran
dengan menggunakan angka-angka,dengan secara grafik pemaksimuman keuntungan
oleh suatu persahaan dapat di tunjukan dengan dua cara yaitu :
·
Dengan
grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan total .
·
Dengan
grafik yang menunjukkan biaya marginal dan hasil penjualan marginal
v PENDEKATAN
BIAYA TOTAL-HASIL PENJUALAN TOTAL
Gambar 11.4
Menentukan
Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Total

Pemaksimuman keuntungan dengan
menggunakan pendekatan ini ditunjukkan dalam gambar 11.4. Kurva TC (biaya
total), dan TR (hasil penjualan total) dibuat berdasarkan data yang terdapat
dalam tabel 11.1 dan 11.2. KurvaTC bermula di atas kurva TR ,dan ini terus
berlangsung sehingga tingakt produksi hampir 2 unit. Keadaan dimana kurvaTC
berada di atas kurva TR menggambarkan bahwa perusahaan mengalami kerugian pada
waktu produksi mencapai diantara 2 sampai 9 unitkurva TC berada dibawah kurva
TR,dan ini menggambarkan bahwa perusahaan memperoleh keuntungan.
Apabila di buat garis tegak di
antara TC dan TR, garis tegak yang terpanjang, yaitu pada keadaan di mana
produksi adalah 7 unit, menggambarkan keuntungan yang paling maksimum. Apabila
produksi mencapai 10 unit atau lebih kurvaTC telah berada di kurva TR
kembali,yang berarti perusahaan mengalami kerugian kembali. Perpotongan antara
kurva TC dan kurva TR dinamakan titik
impas (break even point) yang menggambarkan biaya total yang menggambarkan
perusahaan adalah sama dengan hasil penjualan total yang diterimanya.
Perpotongan tersebut berlaku di dua titik, yaitu titik A dan titik B.
v PENDEKATAN
BIAYA MARJINAL-HASIL PENJUALAN MARJINAL
Gambar 11.5
Menentukan
Keuntungan Maksimum dengan Kurva Biaya dan Penjualan Marjinal

Cara
yang kedua yaitu mencari keadaan dimana MC
sama dengan MR ,ditunjukan dalam gambar 11.5 kurva-kurva dibuat
berdasarkan kepada angka-angka yang terdapat dalam tabel 11.1 dan 11.2
kurva-kurva yang dibuat adalah AVC,AC,MC dan MR, kegiatan perusahaan mencapai
keutungan maksimum apabila jumlah produksi yang di gambarkan dalam tabel 11.4
mencapai keadaan dimana MC = MR. Dalam gambar 11.5 keadaan dimana MC=MR berlaku
pada waktu produksi adalah 7 unit. Dengan demikian perusahaan mencapai
keuntungan maksimum apabila produksi adalah sebanyak 7 unit. Jumlah keuntungan
ditunjukan oleh kotak EABC.
Walaupun dimisalkan setiap
perusahaan akan berusaha untuk memaksimumkan keuntungan, tidaklah berarti bahwa
setiap perusahaan akan selalu mendapat untung dalam kegiatannya. Dalam jangka pendek
terdapat 4 kemungkinan dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau
keadaan keuntungan peruahaan),yaitu :
·
Mendapat
untung luar biasa( untung melebihi normal).
·
Mendapat
untung normal.
·
Mengalami
kerugian tetapi masih dapat membayar biaya berubah.
·
Dalam
keadaan menutup atau membubarkan
perusahaan.
1.
Keuntungan Normal Atau Lebih Normal
Keadaan
kegiatan perusahaan yang memperoleh untung
lebih normal ditunjukan dalam gambar 11.6.(i). Perusahaan akan mendapatkan
untung luar biasa apabila harga adalah lebih tinggi dari biaya rata-rata
yang paling minimum. Jadi apabila harga
adalah P , perusahaan akan mendapatkan
keuntungan luar biasa. Keuntungan ini dicapai pada waktu jumlah produksi dalah
Q , dan besarnya kuntungan luar biasa tersebut adalah AEP,B. Keuntungan seperti
ini hanya akan berlaku dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang adanya
keuntungan tersebut akan menarik kemasukan peruahaan-perusahaan baru. Maka
penawaran barang akan bertambah dan ini mengakibatkan penurunan harga sehingga
akhirnya keuntungan luar biasa tersebut tidak wujud lagi. Keseimbangan jangka
panjang akan diterangkan dalam bagian lain dari bab ini.
Gambar 11.6
Tiga Kemungkinan Keuntungan
Perusahaan.

Gambar
11.6.(1). Juga menggambarkan keadaan dimana perusahaan mendapat keuntungan biaasa apabila hasil penjualan
atau keuntungan normal. Suatu perusahaan dikatakan keuntungan normal
apabila hasil penjualan totalnya adalah sama dengan biaya total.
Dalam
biaya total termasuk biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Dalam gambar
11.6.(1) perusahaan dikatan memperoleh keuntungan norml apabila harga adalah P1 . pada harga ini MC dipotong oleh MR1 pada titik E1 , dan titik E1 tersebut adalah titik singgung
garis d1 = AR1 = MR1 Dengan kurva AC. Karena AC = AR1 (biaya total rataa-rata = hasil penjualan rata-rata) maka
biaya total adalah sama dengan hasil penjualan
total.
2. Kerugian Tetapi Dapat Membayar Sebagian
Biaya Tetap
Gambar
11.6 (ii) menunjukan keadaan dimana perusahaan
mengalami kerugian tetapi masih dapat beroprasi, yaitu harga adalah lebih
rendah dari biaya total rata-rata, tetapi lebih tinggi dari biaya berubah
rata-rata. Gambaran yang seperti itu berarti perusahaan memperoleh hasil
penjualan yang melebihi biaya berubah yang dikeluarkannya, tetapi kelebihan
tersebut belum dapat menutupi biaya tetapnya. Dalam keadaan seperti ini
perusahaan akan meneruskan usahanya, karena kalau tidak ia akan mengalami
kerugian yang lebih besar, yaitu biaya sebanyak biaya tetap yang
dikeluarkannya. Dalam meneruskan kegiatannya perusahaan akan menghasilkan
produksi sampai kepada tingkat dimana MC = MR, karena tingkat ini akan
meminimumkan kerugian yang dideritanya.
Dalam
gambar 11.6 (ii) kesamaan antara MC dan MR dicapai titik E. dengan demikian
produksi yang harus dicapai perusahaan supaya kerugiannya minimum adalah Q.
biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan adalah sebanyak OQAB dan hasil
penjualannya adalah sebanyak OQEP. Ini berarti kerugian minimum yang ditanggung
perusahaan sebesar PEAB.
3. Perusahaan
Menutup Usahanya
Gambar
11.6 (iii) menunjukan keadaan yang meneyebabkan perusahaan akan menutup usahanya. Keadaan yang seperti itu akan
berlaku apabila hasil penjualan hanyalah sebesar atau kurang dari biaya
berubah. Dalam grafik ia ditunjukan oleh keadaan dimana garis d =AR = MR
menyinggung kurva AVC dan garis d1 = AR1 = MR1 berada dibawah AVC. Sekiranya perusahaan menghadapi keadaan seperti
ini, tidak adan gunanya bagi perusahaan untuk meneruskan kegiatan memproduksi
walaupun perusahaan untuk meneruskan kegiatan memproduksi. Walaupun perusahaan
menghasilkan barang, ia sama sekali tidak dapat memperoleh pendapatan walaupun
perusahaan menghasilkan barang, ia sama sekali tidak dapat memperoleh
pendapatan untuk menutupi biaya tetap yang telah dikeluarkannya. Oleh sebab itu
lebih baiklah baginya untuk menghentikan kegiatan memproduksi. Tetaplah hal ini
tidaklah berarti bahwa perusahaan itu dengan serta untuk menghentikan kegiatan
memproduksi. Tetapi hal ini tidaklah bahwa perusahaan itu dengan serta merta
membubarkan ka usahanya. Didalam jangka pendek
dimisalkan perusahaan tidak
mempunyai waktu untuk membubarkan kegiatannya, yaitu tidak dapat menjual
harta-harta yang dimilikinya. Dengan demikian perusahaan dianggap baru berada
pada tingkat menghentikan kegiatan
memproduksinya, atau “menutup
perusahaan”—atau “shutdown” dan
belum pada tingkat membubarkan perusahaan dan meninggalkan industri tersebut.
2.6. BIAYA MARJINAL DAN KURVA PENAWARAN
Masih ingatkah anda dengan
definisi/arti kurva penawaran? Untuk mengingatkan kembali baiklah dinyatakan
sekali lagi definisi tersebut. Kurva penawaran adalah suatu kurva yang
menunjukan perkaitan di antara harga sesuatu barang tertentu dan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan. Dalam bagan ini akan diterangkan bahwa semenjak ia
memotong kurva AVC,kurva biaya marjinal (MC)dari suatu perusahaan dalam pasar
persaingan sempurna, adalah merupakan kurva penawaran dari perusahaan tersebut.
Kurva MC perusahaan tersebut mempunyai sifat yang sama dengan kurva penawaran,
yaitu ia menggambarkan bagaimana perubahan harga akan mempengaruhi produksi
(barang yang ditawarkan) perusahaan tersebut. Untuk melihat buktinya ,
perhatikanlah Gambar 11.7.
Gambar 11.7
Membentuk Kurva
Penawaran Perusahaan

v
KURVA
PENAWARAN PERUSAHAAN
Dalam Gambar 11.7 (i) ditunjukan
keseimbangan suatu perusahaan pada berbagai tingkat harga. Pada permulaannya
dimisalkan tingkat harga di pasar adalah P1 harga ini titik minimum
AVC adalah sama dengan harga. Maka perusahaan dalam keadaan “menutup
perusahaan”. Tetap katakanlah bahwa ia tidak ingin menutup perusahaan,ia akan
terus memproduksi. Untuk meminimumkan kerugiannya perusahaan akan memproduksi
pada keadaan dimana MC = MR. Keadaan itu tercapai pada titik E1 ,
maka pada harga P1 perusahaan akan menghasilkan barang sebanyak Q1.
Sekiranya harga menjadi P2 perusahaan akan menyesuaikan tingkat
produksinya dengan perubahan ini. Untuk meminimumkan kerugiannya sekali lagi ia
akan memroduksi pasi pada keadaan dimana MC = MR, dan pada harga P2
ini akan tercapai pada titik E2. Maka pada harga P2
perusahaan akan memroduksi sebanyak Q2. Pada harga P3 dan
P4 perusahaan sudah memperoleh keuntungan luar biasa . oleh karena
pada harga P3 keadaan dimana MC = MP dicapai pada E3 dan
pada harga P4 ia dicapai pada
E , maka untuk memaksimumkan keuntungan pada harga P3 perusahaan
akan memproduksi sebanyak Q3 dan pada harga P4 perusahaan akan memproduksi sebanyak Q4.
Dalam gambar 11.7 (ii) ditunjukan
kembali titik-titik keseimbangan yang terdapat dalam gambar 11.7 (i) . titik A
menggambarkan keadaan yang ditunjukan oleh E, yaitu pada harga P perusahaan
akan memproduksikan dan menjual sebanyak Q1. Titik-titik B,C, dan D
berturut turut menunjukan keadaan yang di gambarkan oleh E2,E3,
dan E4. Maka kurva SS , yaitu kurva yang digambarkan melalui titik
A,B,C dan D adalah kurva penawaran dari perusahaan tersebut karena ia
menggambarkan perkaitan di antara tingkat harga dengan jumlah barang yang
diproduksikan dan ditawarkan oleh perusahaan tersebut di pasar.
v
KURVA
PENAWARAN INDUSTRI
Gambar 11.8
Kurva Penawaran Perusahaan dan Industri

Kurva penawaran dari suatu industri
dalam pasar persaingan sempurna meliputi seluruh jumlah penawaran dari semua
perusahaan yang ada dalam industri itu . bagaimana kurva penawaran suatu
industri diperoleh atau diwujudkan dapat diterangkan dengan menggunakan suatu
contoh sederhana , yaitu seperti yang dikemukakan dalam gambar 11.8 .
dimisalkan suatu industri dalam pasar persaingan sempurna meliputi tiga buah
perusahaan : perusahaan A,perusahaan B,perusahaan C . kurva penawaran
masing-masing perusahaan, yang terbentuk berdasarkan biaya marjinal perusahaan
tersebut , di gambarkan oleh kurva SA , SB dan SC
dalam gambar 11.8 (i) hingga 11.8 (iii) . berdasarkan kepada kurva ini , dalam
gambar 11.8 (iv) dibentuk kurva penawaran dari industri tersebut.
Pada harga P1 hanya perusahaan C yang akan memproduksi dan
menawarkan barang , yaitu sebanyak 14 unit. Titik K menggambarkan keadaan ini.
Pada harga P2 perusahaan A dan C akan menawarkan barang di pasar ,
yaitu sebanyak 33 unit (15 unit diproduksikan oleh perusahaan A dan 18 unit
oleh perusahaan C). Keadaan ini ditunjukan oleh titik L. Pada harga P3 dan
P 4 perusahaan akan menawarkan barangnya kepasar . jumlah penawaran
pada harga P3 adalah 61 unit ( 23+14+24) dan ini digambarkan oleh titik M. Sedangkan
jumlah penawaran pada harga P4 adalah 90 unit (38+18+34) dan ia
digambarkan oleh titik N. Dengan menghubungkan K,L,M dan N terbentuk kurva SS
yang menunjukan penawaran industri atau penawaran barang yang berlaku di pasar
persaingan sempurna tersebut yang terdiri dari gabungan penawaran ketiga
perusahaan di atas.
2.7 . OPERASI PERUSAHAAN DAN INDUSTRI DALAM JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang perusahaan dan
industri dapat membuat beberapa perubahan tertentu yang di dalam jangka pendek
tidak dapat dilakukan. Perusahaan dapat menambah factor-faktor produksi yang di
dalam jangka pendek adalah tetap jumlahnya. Kemungkinan ini menyebabkan
perusahaan tidak lagi mengeluarkan biaya tetap. Semuanya adalah biaya berubah.
Seterusnya keadaan dalam industri juga mengalami perubahan, yaitu
perusahaan-perusahaan baru akan memasuki industri dan beberapa perusahaan lama
yang tidak efisien akan gulung tikar dan meninggalkan industri. Perubahan seperti
ini tidak berlaku dalam jangka pendek. Telah dinyatakan apabila sesuatu
perusahaan tidak dapat menutupi biaya berubahnya, ia tidak akan membubarkan
usahanya tetapi hanya akan menghentikan kegiatan produksinya. Perubahan lain
yang mungkin berlaku dalam jangka panjang adalah kemajuan teknologi, kenaikan
upah tenaga kerja dan kenaikan harga-harga umum (inflasi). Perubahan ini akan
mempengaruhi biaya produksi dan setiap perusahaan.
Dengan adanya kemungkinan untuk
membuat penyesuaian-penyesuaian tersebut keadaan dalam perusahaan dan dalam
industry akan mengalami perubahan.
Analisis dalam bagian ini bertujuan
untuk melihat bagaimana penyesuaian-penyesuaian yang berlaku menimbulkan
perubahan dalam keadaan di pasar. Dua keadaan berikut akan diperhatikan :
-
Keadaan
yang wujud apabila permintaan bertambah.
-
Keadaan
yang wujud apabila permintaan berkurang.
Efek perubahan-perubahan lainnya,
yang akan mempengaruhi biaya produksi, akan diterangkan pada bagian yang
kemudian dari bab ini.
v
PERUBAHAN
AKIBAT KENAIKAN PERMINTAAN
Gambar 11.9
Penyesuaian Akibat Kenaikan Permintaan

Perusahaan adalah bersamaan, yaitu
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 11.9 (i). kurva permintaan dan penawaran
yang ditunjukkan gambar 11.9 (ii) menggambarkan permintaan dan penawaran dalam
industri (pasar) dan dimisalkan industri terdiri dari 1000 perusahaan. Pada
permulaannyapermintaan dalam pasar adalah D0 dan penawaran adalah S0.
Maka harga pasar adalah P0 dan jumlah barang yang diperjualbelikan
adalah 40000 unit. Karena ada 1000 perusahaan, dan setiap perusahaan mempunyai
kurva biaya yang sama, maka setiap perusahaan akan menghasilkan 40 unit. Gambar
11.9 (i) menunjukkan bahwa pada harga P0 perusahaan mendapat untung normal.
Dalam masa berikutnya misalkanlah permintaan bertambah dari D0
menjadi D1. Akibatnya harga naik menjadi P1 dan jumlah
yang ditawarkan di pasar bertambah menjadi 48000. Setiap perusahaan
memproduksikan 48 unit.
Dapat dilihat dalam gambar 11.9 (i)
bahwa kenaikan dari harga P0 menjadi P1 menyebabkan
setiap perusahaan mendapat keuntungan melebihi normal. Ini merupakan daya
penarik kepada perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri.
Kemasukan itu akan terus berlangsung sehingga keuntungan melebihi normal ini
tidak wujud lagi. Ini berarti kemasukkan perusahaan baru akan terus berlangsung
sehingga penawaran telah menjadi S1 dan harga menjadi P0
kembali. Sekarang jumlah barang yang diperjualbelikan telah menjadi 60000 unit
sedangkan setiap perusahaan memproduksi sebanyak seperti pada keadaan
permulaan, yaitu 40 unit. Berarti jumlah perusahaan yang ada dalam industri
telah menjadi 1500.
v
PERUBAHAN
YANG DIAKIBATKAN OLEH KEMEROSOTAN PERUSAHAAN
Gambar 11.10
Penyesuaian Akibatan Kemerosotan Permintaan

Sekarang kita akan memperhatikan keadan
yang sebaliknya dari yang di terangkan di atas, yaitu penyesuaian yang berlaku
dalam perusahaan dan industri apabila terjadi pengurangan permintaan. Keadaan
permulaannya dan penyesuaian yang berlaku sebagai akibat pengurangan permintaan
tersebut digambarkan dalam gambar 11.10. Pada mulanya pemisalan yang digunakan
dalam uraian sebelum ini digunakan juga di sini, yaitu permintaan adalah D0
dan penawaran S0. Dengan demikian harga adalah P0 dan
jumlah barang yang diperjualbelikan 4000 unit. Juga dimisalakan dalam industry
terdapat 1000 perusahaan, maka setiap perusahaan menghasilkan 40 unit. Gambar
11.10 (i) menunjukan bahawa dengan pemisalan-pemisalan diatas perusahaan hanya
mendapat untung normal.
Sekarang misalkan permintaan dalam
pasar turun dari d0 menjadi d1. Perubahan ini menyebabkan harga turun dari P0
menjadi P1, yang selanjutnya menyebabkan jumlah barang yang di
perjualbelikan turun dari 40000 unit menjadi 34000 unit. Dengan demikian setiap
perusahaan memproduksikan sebanyak 34 unit. Harga yang baru (p1) adalah lebih
rendah dari biaya rata-rata yang paling minimum. Oleh karenanya setiap
perusahaan mengalami kerugian. Sebagai reaksi dari keadaan ini sebagian
perusahaan menghentikan kegiatannya. Jumlah barang yang ditawarkan semakin lama
semakin berkurang, dan sedikit demi sedikit harganya mengalami kenaikan
kembali. Pada akhirnya penawaran adalah seperti yang ditunjukan oleh kurva s1
dan penawaran yang seperti itu menyebabkan harga kembali menjadi P(1). Sekarang
jumlah barang yang diperjualbelikan di pasar hanya sebanyak 28000, sedangkan
setiap perusahaan telah kembali menghasilkan sebanyak 40 unit. Dengan demikian
jumlah perusahaan telah berkurang, yaitudari pada mulanya berjumlah 1000
sekarang hanya terdapat sebanyak 28000/40 = 700 perusahaan.
v
KEUNTUNGAN
JANGKA PANJANG : UNTUNG NORMAL
Dua keadaan yang baru saja diuraikan
di atas menunjukan bahwa di dalam jangka panjangperusahaan perusahaan tidak
mungkin memperoleh keuntungan luar biasa (melebihi normal).
Keuntungan
luarbiasa akan menarik perusahaan perusahaan baru untuk masuk ke dalam industri
tersebut. Kemasukan mereka akan menambah penawaran, dan seterusnya pertambahan
penawaran ini akan menurunkan harga. Penyesuaian seperti ini akan terus
berlangsung sehingga tidak terdapat lagi keuntungan yang melebihi normal.
Juga keadaan di mana perusahaan
mengalami kerugian adalah merupakan keadaan yang sementara. Kerugian mendorong
beberapa perusahaan untuk mengundurkan diri dari industry tersebut. Penawaran
barang akan semakin berkurang dan menyebabkan kenaikan harga. Penawaran yang
semakin berkurang dan harga yang semakin naik akan terus berlangsung sehingga
perusahaan perusahaan akan mengalami keuntungan normal kembali.
Kedua keadaan di atas jelas
menunjukan bahwa dalam jangka panjang perusahaan perusahaan dalam persaingan
sempurna cenderung untuk memperoleh keuntungan normal saja.
2.8.
KURVA PENAWARAN INDUSTRY DALAM JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang factor factor
produksi dapat ditambah dan teknologi berkembang perubahan seperti ini boleh
mengurangi biaya produksi. Tetapi di samping itu harga harga factor produksi
dapat mengalami kenaikan dan inflasi berlaku dalam ekonomi. Kedua keadaan ini
yaitu kenaikan harga factor produksi dan inflasi, seterusnya akan mengakibatkan
kenaikan biaya produksi. Telah diterangkan bahwa biaya produksi penting
peranannya dalam menentukan penawaran. Maka perubahan perubahan biaya produksi
dalam jangka panjang akan mempengaruhi kurva penawaran. Berdasarkan kepada
sifat perubahan biaya produksi dalam jangka panjang, kurva penawaran industry
dalam dalam pasar persaingan sempurna dapat dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu
yang dipengaruhi biaya produksi yang bersifat
·
Biaya
jangka panjang yang tidak berubah
·
Biaya
jangka panjang yang semakin meningkat
·
Biaya
jangka panjang yang semakin menurun
v
INDUSTRI
BIAYA TETAP
Gambar 11.11
Kurva Penawaran Jangka Panjang dalam Industry Biaya Tetap

Dalam
uraian dengan menggunakan Gambar 11.9 dan 11.10 telah ditunjukan bahwa
permintaan dapat mengalami kenaikan atau penurunan. Perubahan ini menyebabkan
penyesuaian ke atas kurva penawaran. Pada akhirnya interaksi diantara
permintaan yang telah mengalami perubahan dengan penawaran yang menyesuiakan
dengan perubahan permintaan tersebut akan menyebabkan harga tetap sebesar P0.
Proses penyesuaian yang digambarkan dalam gambar 11.9 dan 11.10 dapat juga
diterangkan dengan menggunakan Gambar 11.11. Dengan cara yang baru ini dapat
oula ditunjukan penawaran jangka panjang dalam industri. Gambar 11.11 (i)
menunjukan perubahan biaya dalam perusahaan, dan Gambar 11.11 (ii) menunjukan
kurva penawaran jangka panjang dalam industri.
Pada
mulanya permintaan dalam pasar adalah D0 dan harga (yanng ditentukan oleh
interaksi permintaan dan penawaran) adalah P0 maka titik E0 adalah titik
keseimbangan dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah 40000 unit.
Kemudian dimisalkan permintaan naik menjadi D1 dan ini menyebabkan kenaikan
harga. Tetapi setelah proses penyesuaian berlangsung pada akhirnya harga
kembali ke tingkat P0. Dengan demikian titik E1 adalah titik keseimbangan yang
baru dalam industri, dan dalam keadaan yang babru ini jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah 60000 unit. Sesudah itu dimisalkan permintaan menjadi
D2. Sebelum ada penyesuaian dalam penawaran jangka pendek harga turun dibawah
P0. Maka E2 merupakan tingkat keseimbangan yang berikut, dan jumlah barang yang
diperjualbelikan adalah 28000 unit.
Kalau
dibuat garis melalui E0, E1, dan E2 diperolehlah garis SS yang sejajar dengan
sumbu datar. Garis ini adalah kurva penawaran jangka panjang yang wujud dalam
industri apabila biaya produksi tidak mengalami perubahan di dalam jangka
panjang. Bahwa biaya produksi perusahaan adalah tetap didalam jangka panjang
ditunjukan oleh 11.11 (i). Di dalam jangka panjang kurva AC dan MC tidak mengalami
perubahan.
v
INDUSTRI
BIAYA MENINGKAT
Gambar 11.12
Kurva Penawaran Jangka Panjang dalam Industri Biaya Meningkat

Memisalkan
bahwa biaya produksi adalah tetap dalam jangka panjang kuranglah mendekati
kenyataan yang sebenarnya wujud. Pada umumnya di dalam jangka panjang
perusahaan akan mengalami kenaikan biaya produksi. Hal ini terutama disebabkan
oleh harga-harga faktor produksi yang semakin bertambah tinggi. Bagaimana
kenaikann biaya produksi akan mempengaruhi kurva penawaran jangka panjang dalam
industri ditunjukan dalam Gambar 11.12. bagian (i) menunjukan perubahan biaya
dalam industri dan bagian (ii) menunjukan bentuk kurva penawaran jangka
panjang. Misalkan pada mulanya permintaan adalah D0 dan harga pasar adalah P0.
Maka keseimbangan adalah pada E0 dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah
30000 unit. Kurva biaya rata-rata dan marjibnal adalah AC0 dan MC0, dan setiap
perusahaan menghasilkan 50 unit. Berarti jumla perusahaan adalah 30000/50 = 600
perusahaan.
Selanjutnya
katakanlah permintaan bertambah menjadi D1. Perusahaan akan menambah
faktor-faktor produksi yang digunakan dan ennyebabkan kenaikan harga faktor produksi dan biaya produksi. Pada
keseimbangan berikutnya biaya rata-rata dan marjinal adalah keseimbangan dalam industri dan jumlah
barang yang diperjualbelikan adalah 42000 unit. Masing-masing perusahaan akan
mennghasilkan sebanyak 60 unit. Sekarang jumlah perusahaan dalam industri
adalah 42000/60 = 700 perusahaan. Kita misalkan lebih lanjut bahwa permintaan
akan bertambah lagi dan menyebabkan perusahaan-perusahaan menambah penggunaan
faktor produksi.. Perubahaan ini
mempertinggi harga fktor produksi sehingga biaya rata-rata dan marjinal menjadi
seperti yang ditunjukan oleh AC2 dan MC2. Maka harga cenderung untuk mencapai
p2. Dalam keadaan seperti ini keseimbangan dalam pasar akann dicapai pada E2
dan jumlah arang yang diperjualbelikan adalah 60000 unit. Karena setiap
perusahaan menghasilkan 80 unit, maka jumlah perusahaan dalam industri sekarang
adalah 60000/80 = 750 perusahaan.
Denngan
menarik garis yang melalui E0, E1, dan E2 akan diperoleh kurva penawaran jangka
panjang dalam industri, yaitu kurva SS. Kurva itu naik dari kiri bawah ke kanan
atas, dan ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang semakin banyak jumlah
barang yang dihasilkan, semakin tinggi biaya produksi per unit.
v
INDUSTRI
BIAYA MENURUN
Gambar 11.13
Kurva Penawaran Jangka Panjang dalam Indutri Biaya Menurun

Berlakunya
penurunan biaya produksi dalam sesuatu industri pada umumnya ditimbulkan oleh (i) kemajuan teknologi dalam industri tersebut, dan (ii) perbaikan di
indutri lain (misalnya industri A) yang menghasilkan bahan mentah kepada
industri tersebut. Industri lain tersebut, karena menhadapi permintaan yang
bertambah banyak, dapat menikmati skala ekonomi dan memungkinkannya menjual
barangnya dengan harga yg lebih murah. Maka indutri yang pertama, yang
menggunakan bahan mentah industri lain (industri A), akan dapat menurunkan
biaya produksinya didalam jangka panjang. Penurunan biaya produksi dalam jangka
panjang ini, seperti ditunjukan dalam gambar 11.13, dicerminkan oleh perubahan
biaya rata-rata dan marjinal seperti yang ditunjukan oleh AC0, dan
MC0, menjadi AC1, MC1, dan akhirnya menjadi AC2
dan MC2. Analisis berikut dibuat dengan pemisalan bahwa pengurangan
biaya disebabkan oleh bahan mentah yang lebih murah harganya.
Misalkan pada permulaannyapermintaan yang
wujud dalam industri adalah D0 dan biaya produksi perusahaan adalah
seperti ditunjukan oleh kurva AC0. Maka harga pasar akan mencapai P0
dan titik E0 adalah keseimbangan dalam industri. Misalkan
seterusnya permintaan kemudian bertambah, yaitu menjadi D1. Industri
harus memproduksi lebih banyak, maka permintaan mereka keatas bahan mentah
bertambah. Karena industri penghasil bahan mentah mengalami skala ekonomi, ia
dapat menjual bahan mentahnya dengan harga yang lebih murah. Sebagai akibatnya,
setiap perusahaan mengalami penurunan biaya, yaitu menjadi AC1.
Dalam keadaan seperti ini harga cenderung untuk mencapai P1 dan
keseimbangan industri yang baru adalah pada E1. Dengan cara yang
sama dapat diterangkan efek yang berlaku bahwa apabila permintaan naik lagi
menjadi D2. Pada akhirnya harga akan mencapai P2 dan
keseimbangan yang baru adalah pada E2. Garis SS adalah garis yang melalui
E0, E1, dan E2. Ia merupakan kuva penawaran
jangka panjang dalam industri yang mengalami penurunan biaya.
2.9. KEBAIKAN DAN KEBURUKAN PASAR PERSAINGAN
SEMPURNA
Ø Pasar
persaingan sempurna memiliki bebarapa kebaikan dibandingkan pasar-pasar yang lainnya
antara lain :
1. Persaingan
sempurna memaksimumkan efisiensi
Sebelum
menerangkan kebaikan dari pasar persaingan sempurna ditinjau dari sudut
efisiensi, terlebih dahulu akan diterangkan dua konsep efisiensi: efisiensi
produktif dan efisiensi alokatif.
Seterusnya melalui kedua konsep efisiensi ini, akan diterangkan kebaikan
pasar persaingan sempurna kalau dibandingkan dengan bentuk pasar lainnya.
v Arti Efisiensi
dalam Analisis Ekonomi
Apakah yang dimaksud dengan menggunakan
sumber-sumber daya (factor-faktor produksi) secara efisien? Sumber-sumber daya
digunakan secara efisien apabila:
·
Seluruh sumber-sumber daya yang tersedia
sepenuhnya digunakan.
·
Corak penggunaannya adalah sedemikian rupa
sehingga tidak terdapat corak penggunaan yang lain yang akan dapat menambahkan
kemakmuran masyarakat. (Dengan perkataan lain: penggunaanya yang sekarang
telah memaksimumkan kesejahteraan masyarakat).
Untuk
melihat sumber-sumber daya digunakan secara efisien atau tidak, perlulah
diteliti dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi produktif dan efisiensi
alokatif.
a. Efisiensi
produktif
Untuk
mencapai efisiensi produktif harus dipenuhi dua syarat. Yang pertama, untuk
setiap tingkat produksi, biaya yang dikeluarkan adalah yang paling minimum.
Untuk menghasilkan suatu tingkat produksi berbagai corak gabungan faktor-faktor
produksi dapat digunakan. Gabungan yang paling efisien adalah gabungan yang
mengeluarkan biaya yang paling sedikit. Syarat ini harus dipenuhi pada setiap
tingkat produksi. Syarat yang kedua, industri secara keseluruhan harus
memproduksi barang pada biaya rata-rata yang paling rendah, yaitu pada waktu
kurva AC mencapai titik yang paling rendah. Apabila suatu industri mencapai
keadaan tersebut maka tingkat produksinya dikatakan mencapai tingkat efisiensi
produksi yang optimal, dan biaya produksi yang paling minimal.
b. Efisiensi
Alokatif
Untuk
melihat apakah efisiesi alokatif dicapai atau tidak, perlulah dilihat apakah
alokasi sumber-sumber daya keberbagi kegiatan ekonomi/produksi telah mencapai
tingkat yang maksimum atau belum. Alokasi sumber-sumber daya mencapai efisiensi
yang maksimum apabila dipenuhi syarat berikut : harga setiap barang sama dengan
biaya marjinal untuk memproduksi barang tersebut. Berarti untuk setiap kegiatan
ekonomi, produksi harus terus dilakukan sehingga tercapai keadaan dimana
harga=biaya marjinal. Dengan cara ini produksi berbagai macam barang dalam
perekonomian akan memaksimumkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk melihat mengapa keadaan itu diperlukan untuk mencapai
efisiensi alokatif, perhatikan contoh hipotesis berikut:
·
Kasus
1: Misalkan (i) Harga Barang X melebihi biaya marjinal untuk memproduksinya (P
> MC), dan (ii) Harga Barang Y lebih rendah dari biaya marjinalnya (P <
MC). Kasus 1 ini jelas menunjukan bahwa memproduksi barang X dapat menambah
keuntunan, tetapi sebaliknya produksi barang Y perlu dikurangi untuk menambah
keuntungan. Dalam keadaan ini, kemakmuran masyarakat bertambah tinggi apabila
lebih banyak barang X diproduksi dan produksi barang Y dikurangi. Implikasi
dari keadaan ini adalah: lebih banyak
faktor produksi digunakan untuk memproduksi barang X dan faktor produksi untuk
memproduksi barang Y dikurangi. Penyesuaian di kedua industri ini akan
menuju ke arah tingkat produksi dimana P = MC.
·
Kasus
2: dikedua industri, yaitu industri menghasilkan barang X dan Y, berlaku
keadaan dimana P > MC. Dalam keadaan ini, menambah produksi barang X dan Y
akan menambah keuntungan perusahaan-perusahaan dan meningkatkan kemakmuran
masyarakat. Sumber-sumber daya baru akan masuk kedua industri untuk
meningkatkan produksi barang X dan Y. Penyesuaian ini akan terus berlaku
sehingga di kedua industri berlaku keadaan di mana P = MC.
Kedua kasus
diatas menunjukan bahwa apabila sumber-sumber daya dialokasikan secara
sedemikian rupa sehingga di setiap industri berlaku keadaan di mana P = MC,
maka kemakmuran masyarakat akan mencapai tingkat yang maksimum.
v Efisiensi dalam
persaingan sempurna
Didalam persaingan sempurna, kedua jenis
efisiensi ynag dijelaskan diatas akan selalu wujud. Telah dijelaskan bahwa
didalam jangka panjang perusahaan dalam persaingan sempurna akan mendapat
untung normal, dan untung normal ini akan dicapai apabila biaya produksi adalah
yang paling minimum. Dengan demikian, sesuai dengan arti efisiensi produktif
yang telah dijelaskan dalam jangka panjang efisiensi produktif selalu dicapai
oleh perushaan dalam persaingan sempurna.
Telah juga dijelaskan bahwa dalam persaingan
sempurna harga = hasil penjualan marjinal. Dan didalam memaksimumkan keuntungan
syaratnya adalah hasil penjualan marjinal = biaya marjinal. Dengan demikian
didalam jangka panjang keadaan ini berlaku: harga = hasil penjualan marjinal =
biaya marjinal. Kesamaan ini membuktikan bahwa pasar persaingan sempurna juga
mencapai efisiensi alokatif.
Dari kenyataan bahwa efisiensi produktif dan
efisiensi alokatif dicapai didalam pasar persaingan sempurna, maka dapatlah
disimpulkan bahwa penggunaan sumber-sumber daya adalah sangat efisien dalam
pasar persaingan sempurna.
2.
Kebebasan bertindak dan memilih
Persaingan sempurna menghindari wujudnya
konsentrasi kekuasaan di segolonan kecil masyarakat. Pada umumnya orang
berkeyakinan bahwa konsentrasi semacam itu akan membatasi kebebasan seseorang
dalam melakukan kegiatannya dan memilih pekerjaan yang disukainya. Juga
kebebasaannya untuk memilih barang yang dikonsumsikannya menjadi lebih
terbatas.
Didalam pasar yang bebas tidak seorang pun
mempunyai kekuasaan dalam menentukan harga, jumlah produksi dan jenis barang
yang diproduksikan. Begitu pula dalam menentukan bagaimana faktor-faktor
produksi digunakan dalam masyarakat, efisiensilah yang menjadi factor yang
menentukan pengalokasinya. Tidak seorang pun mempunyai kekuasan untuk
menentukan corak pengalokasiannya. Selanjutnya dengan adanya kebebasaan untuk
memproduksikan berbagai jenis barang maka masyarakat dapat mempunyai pilihan
yang lebih banyak terhadap barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhannya. Dan masyarakat mempunyai kebebasan yang penuh keatas
corak pilihan yang akan dibuatnya dalam menggunakan factor-faktor produksi yang
mereka miliki.
Ø Disamping
memiliki kebaikan-kebaikan, pasar persaingan sempurna juga memiliki
keburukan-keburukan antara lain :
1. Persaingan
sempurna tidak mendorong inovasi
Dalam pasar persaingan sempurna teknologi dapat
dicontoh dengan mudah oleh perusahaan lain. Sebagai akibatnya suatu perusahaan
tidak dapat meemperoleh keuntungan yang kekal dari mengembangkan teknologi dan
teknik memproduksi yang baru tersebut. Oleh sebab itulah keuntungan dalam
jangka panjang hanyalah berupa keuntungan normal, Karena walaupun pada mulanya
suatu perusahaan dapat menaikkan efisiensi dan menurunkan biaya,
perusahaan-perusahaan lain dalam waktu singkat juga dapat berbuat demikian.
Ketidakkekalan keuntungan dari mengembangkan teknologi ini menyebabkan
perusahaan-perusahaan tidak terdorong untuk melakukan perkembangan teknologi
dan inovasi.
Disamping oleh alasan yang disebutkan diatas, segolongan
ahli ekonomi juga berpendapat kemajuan teknologi adalah terbatas dipasar
persaingan sempurna karena perusahaan-perusahan yang kecil ukurannya tidak akan
mampu untuk membuat penyelidikan untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik.
Penyelidikan seperti itu sering kali sangat mahal biayanya dan tidak dapat
dipikul oleh perusahaan yang kecil ukurannya. Sebagai contoh, kegiatan
pertanian tradisional pada umumnya menggunakan teknologi yang tidak berkembang
sama sekali. Dan usaha untuk memodernkannya selalu dilakukan melalui
penyelidikan dan pengembangan teknologi oleh pemerintah. Para petani tidak
mempunyai kemampuan untuk melakukannya.
2. Persaingan
sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial
Didalam menilai efisiensi perusahaan yang
diperhatikan adalah cara perusahaan itu menggunakan sumber-sumber daya.
Ditinjau dari sudut pandangnan perusahaan, penggunaannya mungkimn sangat
efisien. Akan tetapi, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat, adakalanya
merugikan. Sebagai contoh, kegiatan yang efisien tersebut mungkin menimbulkan
pengotoran lingkungan yang serius, maka biaya social dari kegiatan tersebut
sangat tinggi (masyarakat menderita kerugian).
3. Membatasi
pilihan konsumen
Karena barang yang dihasilkan
perusahaan-perusahan adalah 100 persen sama, konsumen mempunyai pilihan yang
terbatas untuk menentukan barang yang akan dikonsumsinya. Dalam pasar
persaingan monopolistis dan oligopoly suatu jenis barang tertentu diproduksikan
secara berbeda-beda coraknya oleh berbagai perusahaan. Maka terdapat lebih
banyak variasi dan pilihan kepada konsumen. Pilihan yang lebih lengkap
menyebabkan kepuasan yang mereka peroleh adalah lebih komplit dari apabila
jenis barang yang tersedia adalah serupa.
4. Biaya dalam
pasar persaingan sempurna mungkin lebih tinggi
Didalam mengatakan biaya produksi dalam pasar
persaingan sempurna adalah paling minimum,tersirat (yang tidak
dinyatakan)pemisalan bahwa biaya produksi tidak berbeda. Pemisalan ini tidak
selalu benar. Perusahaan-perusahaan dalam bentuk pasar lainnya mungkin dapat
mengurangi biaya produksi sebagai akibat menikmati skala ekonomi,perkembangan
teknologi dan inovasi.
5. Distribusi
pendapatan tidak selalu rata
Suatu corak distribusi pendapatan tertentu
menimbulkan suatu pola permintaan tertentu dalam masyarakat. Pola permintaan
tersebut akan menentukan bentuk pengalokasian sumber-sumber daya. Ini berarti
distribusi pendapatan menentukan bagaimana bentuk dari penggunaan sumber-sumber
daya yang efisien. Kalau distribusi pendapatan tidak merata maka penggunaan
sumber-sumber daya (yang dialokasikan secara efisien) akan lebih banyak
digunakan untuk kepentingan golongan kaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar
persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau
industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual atau
pun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Ciri-ciri dari pasar
persaingan sempurna adalah perusahaan adalah pengambil harga, setiap perusahaan
mudah keluar atau masuk, menghasilkan barang yang serupa, terdapat banyak
perusahaan di pasar, dan pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna. Didalam
jangka pendek, pemaksimuman untung oleh suatu perusahaan dapat diterangkan
dengan dua cara, yaitu dengan membandingkan hasil penjualan total dengan biaya
total dan menunjukkan keadaan di mana hasil penjualan marjinal sama dengan
biaya marjinal. Pasar persaingan sempurna memiliki kebaikan dan keburukan
diantaranya, yaitu persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi dan
kebebasan bertindak dan memilih, sedangkan keburukannya adalah persaingan
sempurna tidak mendorong inovasi, persaingan sempurna adakalanya menimbulkan
biaya sosial, membatasi pilihan konsumen, biaya dalam pasar persaingan sempurna
mungkin lebih tinggi, dan distribusi pendapatan tidak selalu rata.
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Sadono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi
Mikro.
Mikro Ekonomi
Pengantar edisi Ketiga, Sadono Sukirno
KOK GAMBAR TABEL NYA GA ADA YA?
BalasHapusIya kurvanya juga gada
BalasHapus